MAKALAH SISTEM DAN JENIS KOLOID
A. SISTEM KOLOID
Sistem koloid (selanjutnya disingkat
"koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, sertaawan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, sertaawan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID
Sistem koloid adalah campuran
yang heterogen. Telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat, yaitu padat,
cair, dan gas. Dari ketiga fasa zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi
campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan.
Kombinasi campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan campuran yang
homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid.
1. Sistem
Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Sistem koloid fase padat-cair
disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase
pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh-contoh
sistem koloid fase padat-cair.
a. Agar-agar
Padatan agar-agar yang
terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang disebut
sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol ini akan tetap
berwujud cair. Sebaliknya jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin
sol akan menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel.
b. Pektin
Pektin adalah tepung yang
diperoleh dari buah pepaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika pektin didispersikan
di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat sehingga membentuk gel.
Pektin biasa digunakan untuk pembuatan selai.
c. Gelatin
Gelatin adalah tepung yang
diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya sapi. Jika gelatin
didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat dan
membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul.
Agar-agar, pektin dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti
jelly atau permen kenyal (gummy candies).
d. Cairan Kanji
Tepung kanji yang dilarutkan
di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika suspensi dipanaskan
akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol
tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase
terdispersi mengembang, memadat dan menjadi kaku.
e. Air sungai (tanah
terdispersi di dalam medium air).
f. Cat tembok dan tinta (zat
warna terdispersi di dalam medium air).
g. Cat kayu dan cat besi (zat
warna terdispersi di dalam pelarut organik).
h. Gel kalsium asetat di dalam
alkohol.
i. Sol arpus (damar).
j. Sol emas, sol Fe(OH)3, sol
Al(OH)3, dan sol belerang.
2. Sistem Koloid
Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Sistem koloid fase pada-padat
terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud
zat padat sehingga dikenal dengan nama sol padat. Lazimnya, istilah sol
digunakan untuk menyatakan sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi
berupa zat padat di dalam medium pendispersi berupa zat cair sehingga tidak
perlu digunakan istilah sol cair. Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah
logam campuran (aloi), misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran
logam besi, kromium dan nikel. Contoh lainnya adalah kaca berwarna yang dalam
ini zat warna terdispersi di dalam medium zat padat (kaca).
3. Sistem
Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Sistem koloid fase padat-gas
terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase pendispersi berupa gas.
Anda sering menjumpai asap dari pembakaran sampah atau dari kendaraan bermotor.
Asap merupakan partikel padat yang terdispersi di dalam medium pendispersi
berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut partikulat padat. Sistem
dispersi zat padat dalam medium pendispersi gas disebut aerosol padat.
Sebenarnya istilah, aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi
zat cair di dalam medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair.
4. Sistem Koloid
Fase Cair-Gas (Aerosol)
Sistem koloid fase cair-gas
terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa
gas. Contoh sistem koloid ini adalah kabut dan awan. Partikel-partikel zat cair
yang terdispersi di udara (gas) disebut partikulat cair. Contoh aerosol adalah
hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), cat semprot dan lain-lain.
Pada produk-produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) berupa senyawa
klorofluorokarbon (CFC).
5. Sistem
Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Sistem koloid fase cair-cair
terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi yang
juga berupa cairan. Campuran yang terbentuk bukan berupa larutan, melainkan
bersifat heterogen. Misalnya campuran antara minyak dan air. Air yang bersifat
polar tidak dapat bercampur dengan minyak yang bersifat nonpolar. Untuk dapat
“mendamaikan” air dan minyak, harus ada zat “penghubung” antara keduanya. Zat
penghubung ini harus memiliki gugus polar (gugus yang dapat larut di dalam air)
dan juga harus memiliki gugus nonpolar (gugus yang dapat larut di dalam minyak)
sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan dapat pula
bercampur dengan minyak.
Sistem koloid cair-cair
disebut emulsi. Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi disebut
emulgator (pembentuk emulsi). Jadi, tidak ada emulsi tanpa emulgator. Contoh
zat emulgator, yaitu sabun, detergen, dan lesitin. Minyak dan air dapat
bercampur jika ditambahkan emulgator berupa sabun atau deterjen. Oleh karena
itu, untuk menghilangkan minyak yang menempel pada tangan atau pakaian
digunakan sabun atau deterjen, yang kemudian dibilas dengan air.
Susu, air santan, krim, dan
lotion merupakan beberapa emulsi yang Anda kenal dalam kehidupan sehari-hari.
Susu murni (dalam bentuk cair) merupakan contoh bentuk emulsi alami karena di
dalam susu murni telah terdapat emulgator alami, yaitu kasein. Di dalam
industri makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk
yang terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air
panas. Oleh karena itu, digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga
susu bubuk tersebut dapat mudah larut dalam air, sekalipun hanya dengan
menggunakan air dingin. Susu bubuk yang dicampur dengan zat emulgator dikenal
dengan istilah susu bubuk instant. Contoh lain emulsi adalah krim (emulsi yang
berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau krim
yang encer).
Sistem emulsi banyak digunakan
dalam berbagai industri seperti berikut.
a. Industri kosmetik: dalam
bentuk berbagai krim untuk perawatan kulit, dan berbagai lotion yang berasal
dari minyak, serta haircream (minyak rambut).
b. Industri makanan: dalam
bentuk es krim dan mayones.
c. Industri farmasi: dalam
bentuk berbagai krim untuk penyakit kulit, sirup, minyak ikan, dan lain-lain.
Mayones terbuat dari minyak
tumbuh-tumbuhan (minyak jagung atau minyak kedelai) dan air. Pada mayones ini
digunakan kuning telur sebagai zat emulgator.
6. Sistem Koloid
Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)
Sistem koloid fase cair-padat
terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa
zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi padat. Sebenarnya, istilah emulsi
hanya digunakan untuk sistem koloid fase cair-cair. Jadi, emulsi berarti sistem
koloid fase cair-cair (tidak ada istilah emulsi cair). Contoh emulsi padat,
yaitu keju, mentega, dan mutiara.
7. Sistem Koloid
Fase Gas-Cair (Busa)
Sistem koloid fase gas-cair
terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat
cair. Jika anda mengocok larutan sabun, akan timbul busa. Di dalam busa sabun
terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan fase gas dalam
medium cair. Contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan busa atau buih, yaitu
sabun, deterjen, protein, dan tanin.
Pada proses pencucian, busa
yang ditimbulkan oleh sabun atau deterjen dapat mempercepat proses penghilangan
kotoran. Busa atau buih pada zat pemadam api berfungsi memperluas jangkauan
(voluminous) dan mengurangi penguapan air. Pada proses pemekatan bijih logam,
sengaja ditimbulkan busa agar zat-zat pengotor dapat terapung di dalam busa
tersebut.
Di dalam suatu proses industri
kimia, misalnya proses fermentasi, kadang-kadang pembentukan busa tidak
diinginkan sehingga dilakukan penambahan zat antibusa (antifoam), seperti
silikon, eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.
8. Sistem
Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Sistem koloid fase gas-padat
terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat
padat, yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas dalam
medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair. Di dalam kehidupan
sehari-hari, anda dapat menemui busa padat yang dikenal dengan istilah karet
busa dan batu apung. Pada kedua contoh busa padat ini terdapat rongga atau
pori-pori yang dapat diisi oleh udara.
Secara garis besar, kedelapan
jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 2 Jenis Sistem Koloid
dan Contoh-contohnya
No.
|
Fase
Terdispersi
|
Medium
Pendispersi
|
Nama
Koloid
|
Contoh
|
1.
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Sol
emas, agar-agar, jelly, cat, tinta, air sungai
|
2.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
padat
|
Asap,
debu padat
|
3.
|
Padat
|
Padat
|
Sol
padat
|
Paduan
logam, kaca berwarna
|
4.
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Kabut,
awan
|
5
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Santan,
susu, es krim, krim, lotion, mayonaise
|
6.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi
padat
|
Keju,
mentega, mutiara
|
7.
|
Gas
|
Cair
|
Buih,
busa
|
Busa
sabun
|
8.
|
Gas
|
Padat
|
Busa
padat
|
Karet
busa, batu apung
|
B. Penggunaan
Koloid
I. Bidang
Industri
- Getah
karet
Getah karet merupakan koloid
tipe sol yang banyak digunakan sebagai bahan dasar idustri karet. Karet
diperoleh dengan cara mengkoagulasikan getah karet dengan asam formiat (HCOOH)
atau asam asetat, agar menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya.
Gumpalan karet kemudian digiling dan dicuci kemudian diproses lebih lanjut
sebaga lembaran yang disebut sheet.
Getah karet yang digunakan
pada pembatan balon atau karet busa tidak digumpalkan,tetapi dibiarkan dalam
wujud cair yang dikenal dengan lateks. Agar tetap dalam keadaan stabil, getah
karet dicampur dengan larutan ammonia (NH3 (aq)). Larutan ammonia
bersifat basa akan melindungi karet didalam sol lateks dari zat-zat bersifat
asam. Kondisi ni akan melindungi sol dari penggumpalan.
- Cat
Merupakan koloid tipe sol.
Partikel-partikel padat berupa zat warna, oksia logam, bahan penstabil, bahan
pengawet, zat pencermelang, zat pereduksi dihaluskan hingga berukuran partikel
koloid. Partikel koloid ini selanjutnya didispersikan dalam suatu cairan, agar
sol tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap
ditambahkan emulgator atau zat pelindnung yang tergantung pada jenis medium
pendispersinya. Apabila medium pendispersi berupa senyawa polar missal air dan
alcohol, emulgatornya harus yang dapat larut dalam pelarut polar. Dan
sebaliknya jika medium pendispersi berupa senyaw nonpolar, maka emulgator juga
dapat larut dalam pelarut nonpolar
Zat pelindung dalam cat
berfungsi untuk melindungi bahan-bahan pewarna atau bahan padat lain yang
menempel pada bahan yag dicat dari pengaruh panas. Oleh karena itu, saat cairan
pelarut menguap, sifat-sifat bahan pewarna dan bahan-bahan lain yang
didispersikan tidak berubah oleh pengaruh cahaya matahari atau zat-zat kimia
lain yang bersentuhan dengan bahan cat tersebut.
II. Bidang
makanan
Contoh dalam bidang makan
adalah susu, mentega dsb. Susu merupakan emulsi yang berwarna putih kekuningan
dan bersifat asam lemah.
III. Bidang
kosmetik dan farmasi
Bahan-bahan kosmetik hampir
90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk koloid mempunyai beberapa
kelebihan seperti:
a. Mudah
dibersihkan
b. Tidak
merusak kulit dan rambut
c. Mudah
menyerap berbagai bahan yang berfungi sebagai pewangi,pelembut, dan pewarna
d. Mengandung
dua jenis bahan yang tidak aling melarutkan.
Beberapa tipe koloid yang
digunakan dalam kosmetik sebagai berikut.
a. Sol
padat, contoh: kosmetik lipstick, mascara, dan pensil alis.
b. Sol,
contoh: kosmetik cat kuku, susu pembersih muka dan kulit, cairan mascara.
c. Emulsi,
contoh: kosmetik pembersih muka.
d. Aerosol:
kosmetik parfum semprot, hair spray, penyegar mulut bentuk semprot.
e. Buih,
contoh: sabun cukur
f. Gel, kosmetik
minyak rambut.
Sistem koloid banyak digunakan
pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Ada banyak penggunaan sistem
koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai industri
seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa macam
koloid tersebut antara lain;
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid
di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat kita
saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern,
banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol,
dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair
spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di
mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari
partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil,
dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya
“cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang
setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin.
b. Sol liofob,
dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib
artinya “takut cairan” (phobia=takut).
Jika medium pendispersinya
berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil
(cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji,
protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol
sulfide dan sol-sol logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system
koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan
cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi
(emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan
dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk
semipadat disebut krim.
Berikut ini adalah tabel
aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju, mentega, susu, saus salad
|
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah
tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
|
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan
Gula
Gula tebu yang masih berwarna
dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan
dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan
Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan
Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
4. Pembentukan
delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
5. Pengambilan
endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
C. Sifat-sifat
Koloid
1. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak tidak
beraturan, gerak acak atau gerak zig-zag partikel koloid. Gerak Brown terjadi
karena benturan tidak teratur partikel koloid dan medium pendispersi. Benturan
tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar dengan arah yang tidak
beraturan dan jarak yang pendek.
Gerak Brown kali pertama
diamati pada 1827 oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli Biologi
berkebangsaan Inggris pada saat mengamati serbuk sari. Fenomena ini dijelaskan
oleh Albert Einstein (1879-1955) pada 1905. Menurut Einstein, suatu partikel
mikroskopis (hanya dapat diamati dengan mikroskop) yang melayang dalam suatu
medium pendispersi akan menunjukkan suatu gerak acak atau gerak zig-zag.
Gerakan ini disebabkan oleh medium pendispersi yang menabrak partikel
terdispersi dari berbagai sisi dalam jumlah yang tidak sama untuk setiap sisi.
Arah gerak partikel koloid
bergantung pada jumlah partikel medium pendispersi yang menabrak. Jika jumlah
partikel pendispersi yang menabrak dari arah bawah banyak, partikel koloid akan
bergerak ke atas. Jika jumlah partikel pendispersi yang menabrak dari kiri
bawah banyak, partikel koloid bergerak ke kanan atas. Setiap gerak disertai
getaran karena di sisi lain ada tabrakan dari medium pendispersi, tetapi jumlah
molekul medium pendispersi ini sedikit. Gerak zig-zag akibat tabrakan dari
partikel pendispersi menyebabkan sistem koloid tetap stabil, tetap homogen, dan
tidak mengendap.
Apakah gerak Brown juga
terjadi pada sistem larutan atau suspensi? Pada larutan, partikel terdispersi
memiliki ukuran yang sangat kecil dan hampir sama dengan ukuran molekul pendispersi.
Gerakan partikel pendispersi bukan terjadi karena ditabrak oleh partikel
pendipersi, melainkan disebabkan oleh gerakan oleh molekul sendiri. Pada
suspensi, ukuran partikel terdispersi sangat besar. Adanya partikel pendispersi
yang menabrak tidak menyebabkan partikel terdispersi bergerak dan tidak
menimbulkan getaran. Pada suspensi, partikel terdispersi banyak dipengaruhi
oleh gaya gravitasi bumi sehingga partikel terdispersi lebih banyak bergerak ke
bawah dan membentuk endapan.
2. Efek Tyndall
Jika cahaya dilewatkan ke
dalam sistem koloid, cahaya yang melewati sistem koloid tersebut terlihat lebih
terang. Cahaya yang terlihat lebih terang ini disebabkan oleh terjadinya efek
Tyndall. Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya yang mengenainya
sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Jika kemudian cahaya ini ditangkap
layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram (lihat gambar di samping).
Di dalam kehidupan sehari-hari,
efek Tyndall dapat dilihat pada gejala-gejala berikut.
1) Jika sinar matahari masuk
melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar terlihat debu-debu beterbangan
(daerah ini terlihat lebih terang). Pada daerah yang tidak terlewati sinar
matahari tidak akan terlihat adanya debu. Begitu juga jika sinar matahari
melewati daun pepohonan di daerah yang berkabut, sinar matahari tersebut
terlihat lebih jelas.
2) Jika Anda menonton film di
gedung bioskop, kemudian ada asap rokok yang mengepul ke atas cahaya proyektor
terlihat lebih terang dan gambar pada layar menjadi buram.
3) Sorot lampu mobil pada
malam yang berkabut terlihat lebih jelas. Begitu juga pada jalan yang berdebu,
sorot lampu terlihat lebih jelas, kecuali sehabis hujan yang cukup deras
(sehingga jalanan tidak berdebu dan tidak ada asap). Itulah sebabnya sorot
lampu mobil seakan tidak tampak (tidak terlihat), tetapi jalan terlihat jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar